Ayatini disebutkan terkait dengan masalah etika ketika bersama istri-istri Nabi. Karena itu, hijab di atas ini bermakna penutup kontak langsung, bukan terkait pakaian. Sedangkan bagaimana dengan jilbab? Jilbab disebutkan sekali dalam Al-Qur'an, dalam surat Al-Ahzab ayat 59. Penyebutannya dalam bentuk plural, yaitu jalabîb.. Kalauperlu, istri harus menyembah suaminya, tidak bisa keluar rumah tanpa izin suaminya, dan menjaga harta suami ketika tidak berada di rumah. Buya Hamka dalam tulisannya yang lain menambahkan, laki-laki diberi kelebihan fisik dibanding perempuan, maka laki-laki yang wajib mengembara mencari nafkah sedangkan perempuan bertanggung jawab menjaga KISAHKETEGUHAN ISTRI BUYA HAMKA Haji Abdul Malik Karim Allah alias Buya Hamka menikahi Siti Raham pada 5 April 1929. Saat itu usia Hamka 21 tahun, usia Siti Raham 15 tahun. Dia tidak minta apa-apa di luar kemampuan Ayah," tutur Buya Hamka yang direkam Rusydi dalam buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka (1981). Dalam keluarga, Siti BuyaHamka meninggal dunia di Jakarta dalam usia 73 tahun pada 24 Juni 1981. Dijebloskan penjara Orde Lama, diselesaikannya 30 jilid Tafsir A;-Azhar. Wajib Jilbab di Sekolah Negeri, Dosen UM Surabaya Sebut Strategi Populis Gaet Mayoritas 2 hari lalu. Dia adalah istri pendiri organisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Orang lebih mengenalnya Berbedasekali dengan perkataan Quraish Shihab yg mengatakan istri Buya Hamka tidak pakai jilbab agar memuluskan niat busuknya mengatakan JILBAB Tidak Wajib, sehingga ia berani menghujat ketetapan Allah yg telah diabadikan dalam Al Qur'an dalam beberapa ayat akan wajibnya wanita muslimah untuk berhijab..Diantaranya surat al ahzab ayat 59.. 3iQchz. Kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham terbilang romantis dengan cara yang sederhana Sosok Buya Hamka mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Ulama yang memiliki idealisme kuat ini merupakan seorang Hamka menjadi ketua pertama Majelis Ulama Indonesia MUI sekaligus tokoh Muhammadiyah yang memperoleh gelar Pahlawan itu, nama Buya Hamka juga dikenal sebagai penulis novel terlaris, seperti Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya Kapan van den Wijck. Semasa hidup, ia meniti karier sebagai penulis, wartawan, pengajar, dan jasa-jasanya kepada negara, kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham juga berhasil menuai sorotan karena begitu romantis dan penuh kesederhanaan. Berikut siap membahas fakta kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham secara lebih Buya Hamka dan Siti Raham menikah pada 5 April cinta keduanya bermula pada 5 April 1929. Saat itu, Buya Hamka berusia 21 tahun dan Siti Raham berusia 15 tahun. Mereka sah menjadi pasangan suami istri di usia yang masih sangat masih belia, Siti Raham sampai harus berdiri di atas bangku kecil agar tingginya sepantaran dengan Buya Hamka. Sebelum resmi menikah, Buya Hamka sempat menulis roman berbahasa Minang berjudul Si tersebut dicetak tiga kali. Dari pendapatan penjualan buku itulah Buya Hamka menggunakannya untuk biaya Buya Hamka menolak untuk muda, Buya Hamka termasuk lelaki yang mudah sekali jatuh cinta. Selama melakukan perjalanan, banyak perempuan yang menarik perhatiannya, termasuk seorang janda muda bernama istrinya masih belia dan tidak masalah jika dirinya mendua, Buya Hamka menolak permintaan papanya untuk menikah dua kali. Bahkan, sampai ada pula seorang muslimah yang menawarkan diri untuk menjadi teman hidup Hamka secara Buya Hamka tetap teguh pada pendiriannya. Hatinya tak kuasa menikahi perempuan lain setelah Siti Raham. Selalu ada peringatan yang menghampiri relung batin Buya Hamka ketika berniat menerima tawaran cinta dari perempuan Rumah tangga Buya Hamka dan Siti Raham mengalami masalah perekonomianDok. Keluarga Buya HamkaBanyak suka dan duka yang mewarnai kehidupan pernikahan Buya Hamka dan Siti Raham, apalagi mereka berasal dari keluarga kurang mampu secara perekonomian. Saat ujian datang silih berganti, Siti Raham tak pernah henti memberikan motivasi tanpa mengeluh sekali pun.“Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa berganti-ganti, karena di rumah hanya ada sehelai kain,” tutur Hamka dalam buku biografi Pribadi dan Martabat Buya Prof Dr. Hamka karangan Rusydi Picks4. Puncak kemiskinan terjadi saat anak ketiga Buya Hamka lahir ke duniaDok. Keluarga Buya HamkaPuncak kemiskinan Buya Hamka dan Siti Raham terjadi ketika lahirnya anak ketiga mereka, yaitu Rusydi Hamka. Ia dilahirkan di kamar asrama, Kulliyatul Mubalighin, Padang Panjang pada itu, anak pertamanya yang bernama Hisyam meninggal dunia saat berusia lima tahun. Besarnya tanggungan ekonomi serta kerasnya penjajahan pada masa itu membuat Buya Hamka harus memutar otak secara ekstra. Apalagi ia harus membiayai istri dan kondisi diselimuti kemiskinan, Buya Hamka memutuskan untuk pergi ke Medan demi bekerja di Majalah Pedoman Masyarakat. Di ibu kota Sumatera Utara itu, Buya Hamka menetap selama sebelas tahun Siti Raham senantiasan menjalankan amanah yang diberikan Buya Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham Menurut Rusydi Hamka, saat itulah dia menyaksikan secara langsung kesulitan ekonomi yang dihadapi kedua orangtuanya. Kesetiaan Siti Raham terhadap Buya Hamka kerap diuji, namun ia memilih untuk mempertahankan rumah Raham senantiasa menjalankan amanah dari Buya Hamka untuk menjadi istri yang taat kepada suami serta mendidik anak-anaknya, meski Buya Hamka tidak bersamanya. Dalam kondisi pas-pasan, Buya Hamka mampu menahkodai rumah tangga dengan tujuh orang anak tersebut belum termasuk kemenakan yang ikut dibiayai Buya Hamka. Pasalnya, dalam adat Minang, saudara ibu yang laki-kaki memiliki tanggung jawab terhadap kemenakan dan saudara Siti Raham rela menjual perhiasan demi membeli beras dan membayar sekolah Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham Saat menemui istrinya di rumah, pertanyaan yang sering diutarakan Buya Hamka adalah “Apakah anak-anak bisa makan?” kemudian ia sengaja menepuk perut anak-anaknya untuk memastikan apakah buah hatinya dalam keadaan lapar atau Raham sukses menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Demi anak-anaknya tidak kelaparan, ia rela menjual harta simpanannya. Sejak dulu, Siti Raham bukanlah perempuan yang menjadikan perhiasan sebagai mahkota hidupnya adalah Buya Hamka dan keluarga. Mulai dari kalung, gelang emas, dan kain batik halus yang dibelinya di Medan terpaksa ia jual di bawah harga demi membeli beras serta membayar uang sekolah Raham seolah tidak lagi peduli akan dirinya yang kesusahan, asalkan perut anak-anaknya bisa kenyang dengan tenang dan tetap bisa melanjutkan Siti Raham selalu memprioritaskan kehormatan Vino G Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Chintya Bella sebagai Siti Raham Sering sekali Siti Raham meneteskan air mata ketika membuka lemari untuk mengambil kain-kain yang disimpannya. Ia berniat untuk menjualnya ke pasar demi bisa memberi makan tega melihat istrinya terus menguras harta, Buya Hamka sontak mengeluarkan sejumlah kain Bugis untuk dijual. Namun, istrinya justru mencegahnya dan berkata“Kain Angku Haji jangan dijual, biar kain saya saja. Karena Angku Haji sering keluar rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai orang miskin,” ujar Siti kehidupan yang serba sederhana, Siti Raham masih memprioritaskan kehormatan suaminya. Apa saja rela dilakukan agar Buya Hamka tidak terlihat lusuh di mata jama’ah dan Raham kerap memikirkan pakaian hingga membersihkan kopiah saat suaminya hendak keluar. Baginya, cinta adalah Banyak pengorbanan yang dilakukan Siti Raham untuk menjalani tugasnya sebagai seorang Vino G Bastian sebagai Buya Hamka “Saya diminta berpidato, tapi sebenarnya ibu-ibu dan bapak-bapak sendiri memaklumi bahwa saya tak pandai pidato. Saya bukan tukang pidato seperti Buya Hamka. Pekerjaan saya adalah mengurus tukang pidato dari sejak memasakkan makanan hingga menjaga kesehatannya,”Itulah kalimat singkat yang diutarakan Siti Raham ketika dipercaya memberikan pidato dalam kunjungan Buya Hamka ke Makassar. Tak disangka, ucapan itu sukses membuat Buya Hamka meneteskan air besar pengorbanan Siti Raham sebagai seorang istri dalam masa-masa perjuangan. Maka, melihat Buya Hamka yang menangis ketika dirinya turun dari mimbar pidato, Siti Raham hanya bisa tersenyum dan berkata, “Kan yang Ummi pidatokan itu kenyataannya saja.”Itu dia ulasan seputar fakta kisah cinta Buya Hamka dan Siti Raham. Bagaimana menurut Mama perjuangan cinta mereka berdua?Baca juga Tayang saat Lebaran, Ini Pelajaran Cinta dari Sosok Buya Hamka 5 Fakta Menarik Film Buya Hamka, Karya Panjang Berdurasi 7 JamTingkat Kecocokan Zodiak Taurus dan Capricorn dalam Percintaan - Menikah dengan Hamka, Siti Raham tetap tegar mengarungi hidup dalam kekurangan. “Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa bergantian karena di rumah hanya ada sehelai kain sarung. Tapi, Ummi kalian memang seorang yang setia. Dia tidak minta apa-apa di luar kemampuan Ayah,” tutur Buya Hamka yang direkam Rusydi dalam buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka 1981.Oleh Hendra SugiantoroHaji Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka menikahi Siti Raham pada 5 April 1929. Saat itu usia Hamka 21 tahun, usia Siti Raham 15 tahun. Dari pernikahan ini lahir 10 anak yang masih hidup sampai dewasa. Ada dua anak yang meninggal saat kecil dan dua anak yang dengan Hamka, Siti Raham tetap tegar mengarungi hidup dalam kekurangan. “Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa bergantian karena di rumah hanya ada sehelai kain sarung. Tapi, Ummi kalian memang seorang yang setia. Dia tidak minta apa-apa di luar kemampuan Ayah,” tutur Buya Hamka yang direkam Rusydi dalam buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka 1981.Dalam keluarga, Siti Raham dipanggil Ummi. Sedangkan Siti Raham memanggil Hamka dengan sebutan Angku Haji. Kendati mendampingi Hamka berkeliling berbagai daerah, logat Sungai Batangnya tak hilang. Selain di Padang Panjang, Siti Raham membersamai Hamka di Makassar selama 3 tahun, di Medan selama 11 tahun, dan di Jakarta selama 22 memang bukan pegawai atau pedagang. Penghasilannya semata-mata dari honorarium menulisnya. Karirnya melesat saat di Medan. Hamka diminta mengurusi majalah Pedoman Masyarakat. Majalah ini telah terbit sebelum Hamka berkecimpung. Sejak 1936, Hamka menggarap majalah Juga Kenakalan Hamka Mengantarnya Berpetualang Hingga Jadi UlamaSelain menulis artikel, Hamka juga menerbitkan buku. Di sisi lain, Hamka telah menjadi aktivis Muhammadiyah dan memberikan pengajian di mana-mana. Namun, nasib berputar 180 derajat ketika fitnah menerpa Hamka. Kawan-kawan dekatnya menjatuhkan martabatnya. Di Medan, Hamka murung dan Raham yang menyaksikan suaminya suka melamun akhirnya bersuara, “Tak ada gunanya Angku Haji termenung seperti ini berlarut-larut. Jangan dengarkan kata orang yang tengah marah. Sebelum kita jadi gila memikirkannya, mari kita bawa anak-anak.”Rusydi memaparkan, “Besoknya Ummi melelang barang-barangnya yang tak bisa dibawa ke kampung. Ummi pula yang mengurus kendaraan untuk membawa kami ke Padang Panjang.”Kembali ke Padang Panjang, kondisi ekonomi terpontang-panting. Hamka tak punya penghasilan tetap. Penghasilannya sebagai juru tabligh tak seberapa. Rusydi mengenang, “Anak-anak memang tidak kelaparan, karena Ummi menjual harta benda simpanannya yang dibawa dari Medan. Kalung, gelang emas, dan kain-kain batik halus yang dibelinya di Medan sewaktu Ayah masih menjadi hoofdredakteur Pedoman Masyarakat, dijual dengan harga di bawah pasar, untuk dibelikan beras dan biaya sekolah anak-anak.”Siti Raham berusaha tabah kendati sering menitikkan air mata saat mengambil kain-kain simpanannya dari almari. Melihat kondisi itu, Hamka terenyuh. Sempat ia menawarkan agar kain Bugisnya ikut Juga Buya Hamka Tak Hanya Ulama dan Sastrawan tapi juga Pejuang Kemerdekaan“Kain Angku Haji jangan dijual, biar kain saya saja, karena Angku Haji sering keluar rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai fakir yang miskin,” ternyata tak kunjung reda. Saat Belanda berhasil menduduki Padang Panjang saat Agresi Militer Kedua pada 1948, seluruh kampung dalam pengepungan. Saat itu Hamka berkeliling sebagai juru penerangan rakyat. Tugas ini menyebabkan Hamka tak menjumpai keluarganya kekalutan, sesama tetangga tak bisa membantu. Semua orang sedang susah. Malah beberapa orang mati kelaparan. Barang yang dijual Siti Raham tak ada semua anak bisa makan, beras dimasak menjadi bubur. Semua anak bisa kebagian. Kalau beras tak didapatkan, makan ubi tak lagi pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia, Hamka sekeluarga pindah ke Jakarta pada Januari 1950. Sejak tahun itu pula Hamka menjadi pegawai negeri Kementerian Agama golongan F. Namun, pada 1959, ada peraturan pemerintah bahwa pegawai negeri tidak boleh dobel tugas di partai yang aktif di Masyumi dilanda dilema. Hamka meminta pertimbangan istrinya. Siti Raham menjawab, “Jadi Hamka sajalah!”Rusydi Hamka memberi kesaksian, “Saya tak melihat tanda-tanda kecemasan sedikit pun pada wajah Ummi, yang pasti akan kehilangan sekian ribu rupiah gaji, serta beras beberapa liter, yang selama beberapa tahun kami tunggu setiap bulan.”Malam harinya, Siti Raham mengumpulkan anak-anaknya. “Ummi mengatakan, bahwa keadaan Ayah di hari-hari mendatang tidak begitu cerah, karenanya Ummi berharap kami tidak minta yang tidak-tidak. Kalau perlu yang sudah sanggup bekerja, mulailah mencari pekerjaan,” tulis Raham sangat menjaga kehormatan Hamka. Setiap Hamka keluar rumah, ia memastikan pakaian yang dikenakan suaminya bersih dan tidak sembarangan. Hamka telah menjadi milik masyarakat.“Hormati tamu Ayah kalian. Kalau kalian lihat penyambutan mereka di daerah-daerah, kalian akan tahu betapa mereka menghormati Ayah seperti raja,” kata Siti Raham kepada kejadian ketika Hamka melawat ke Makassar. Saat itu Siti Raham diminta berpidato. Dia tak pernah naik mimbar, namun dengan percaya diri berpidato juga. Pidatonya membuat banyak orang riuh bertepuk tangan dan meneriakkan, “Hidup Ummi, hidup Ummi!”Baca Juga Pesan Hamka Agar Jadi Generasi Unggul, Pemuda Wajib Paham Agama dan Sejarah“Waktu itu Ayah menitikkan air mata terharu,” kata Hamka kepada Rusydi. Apa yang disampaikan Siti Raham?“Saya diminta berpidato, tapi sebenarnya Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak sendiri memaklumi, bahwa saya tak pandai pidato. Saya bukan tukang pidato seperti Buya Hamka. Pekerjaan saya adalah mengurus tukang pidato, dengan memasakkan makanan hingga menjaga kesehatannya. Oleh karena itu, maafkan saya tidak bisa bicara lebih panjang,” dalam kesusahan merupakan sepenggal episode Siti Raham dalam mendampingi Hamka. Mereka juga melewati masa senang dan canda besar perjuangan dan ketegaran Siti Raham, seorang perempuan yang sebenarnya turut menjadikan Hamka sebagai manusia besar. Wallahu a’lam.*Artikel pernah dimuat di 29 Mei 2021jqf Oleh Muhammad Pizaro Sekjen Jurnalis Islam Bersatu “SAYA diminta berpidato, tapi sebenarnya ibu-ibu dan bapak-bapak sendiri memaklumi bahwa saya tak pandai pidato. Saya bukan tukang pidato seperti Buya Hamka. Pekerjaan saya adalah mengurus tukang pidato dari sejak memasakkan makanan hingga menjaga kesehatannya.” Itulah kalimat singkat dari Siti Raham binti Endah saat didapuk memberikan pidato dalam kunjungan Buya Hamka ke Makassar. Tak disangka, ucapan dari wanita bersahaja itu mendapat sambutan besar dari ribuan hadirin. “Hidup Ummi… Hidup Ummi!” pekik massa. Buya Hamka pun meneteskan air mata. Tangis haru dari ulama besar itu mengiringi langkah kaki sang kekasih turun dari panggung. Betapa besar pengorbanan istri tercintanya dalam masa-masa perjuangan. Siti Raham adalah garansi dari ketawadhuan di balik nama besar Buya Hamka. Kisah cinta mereka dimulai pada 5 April 1929. Kala itu, Siti Raham berusia 15 tahun. Sedangkan Buya Hamka berumur 21 tahun. Sejak itu, mereka sah menjadi pasangan suami istri. Ya, di usia dimana para muda-mudi saat ini lebih sibuk memakan rayuan dan menenggak kemaksiatan. Perjuangan Buya Hamka meminang Siti Raham patutlah ditiru. Tidaklah salah Allah menganugerahi manusia dengan kekuatan akal pikirannya. Buya Hamka kemudian menulis roman berbahasa Minang berjudul “Si Sabariyah”. Buku itu dicetak tiga kali. Dari honor buku itulah Buya membiayai pernikahannya. Banyak suka dan duka mewarnai perjalanan Buya Hamka merajut rumah tangga. Ulama Muhammadiyah itu tidak salah memilih Siti Raham. Di saat ujian datang, wanita kelahiran 1914 ini tampil sebagai motivasi baginya. Tanpa mengeluh maupun gulana. “Kami hidup dalam suasana miskin. Sembahyang saja terpaksa berganti-ganti, karena di rumah hanya ada sehelai kain,” tutur Hamka dalam buku biografi “Pribadi dan Martabat Buya Prof Dr. Hamka” karangan Rusydi Hamka. Puncak kemiskinan dua sejoli ini terjadi ketika lahir anak ketiga, yaitu Rusydi Hamka. Dia dilahirkan di kamar asrama, Kulliyatul Mubalighin, Padang Panjang pada 1935. Sedangkan anak pertama Buya Hamka, bernama Hisyam, meninggal dalam usia lima tahun. Besarnya beban ekonomi ditambah kerasnya penjajahan, membuat Hamka harus memutar otak untuk membiayai anak-anaknya. Dalam kondisi diliputi kemiskinan, pergilah Hamka ke Medan untuk bekerja di Majalah Pedoman Masyarakat. Di kota yang kini menjadi ibukota Sumatera Utara itu, Hamka tinggal selama sebelas tahun. Menurut penuturan Rusydi Hamka, saat itulah dia menyaksikan dan mengalami kesulitan-kesulitan hidup kedua orangtuanya. Di balik tanggung jawab sang ayah, tak lupa kesetiaan Siti Raham senantiasa bersamanya. Wanita tegar itu senantiasa menjalankan amanah Buya Hamka untuk menjadi istri yang taat suami dan mendidik anak-anak di kala Buya tiada bersamanya. Dengan kondisi pas-pasan, Buya Hamka mampu menahkodai rumah tangga dengan tujuh orang anak. Itu belum ditambah beberapa kemenakan yang ikut dibiayai Buya Hamka. Sebab dalam adat Minang, seorang Mamak punya tanggung jawab terhadap kemenakan dan saudara perempuannya. Rusydi mengatakan Hamka adalah orang yang biasa-biasa saja. Berbeda dengan pria keturunan Minang yang pandai berdagang, Buya Hamka bukanlah orang yang mewarisi bakat berbisnis. Hamka juga bukanlah orang yang makan gaji dari pemerintah. “Ketika pindah ke Padang Panjang dalam suasana revolusi, ayah jelas tak punya sumber kehidupan tetap yang diharapkan setiap bulan,” terang Rusydi Hamka. Saat memimpin Muhammadiyah di Sumatera Barat, Buya Hamka kerap keliling kampung untuk berdakwah. Perjalanan itu kerap dilaluinya dengan Bendi maupun berjalan kaki. Hal itu dilakukan selama berhari-hari tanpa pulang ke rumah. Maka saat menemui istrinya di rumah, pertanyaan yang sering diutarakan Buya Hamka adalah Apakah anak-anak bisa makan? Hingga Buya Hamka sengaja menepuk perut anak-anaknya untuk mengetahui apakah buah hatinya lapar atau kenyang. Di sinilah, Siti Raham sukses menjalankan amanah sebagai Ibu. Agar anak-anaknya tidak kelaparan, Siti Raham rela menjual harta simpanannya. Beliau bukanlah wanita menjadikan perhiasan sebagai makhota. Karena makhota sejatinya adalah Buya Hamka dan keluarga. Maka Kalung, gelang emas, dan kain batik halus yang dibelinya di Medan terpaksa dijual di bawah harga demi membeli beras dan membayar uang sekolah anak-anak. Biarlah dirinya kesusahan, asal perut anak-anaknya tidak kelaparan dan tetap bisa melanjutkan pendidikan. Kerapa kali dirinya meneteskan air mata, ketika membuka almarinya untuk mengambil kain-kain simpanannya untuk dijual ke pasar. Tak tega melihat istrinya terus menguras hartanya, Buya Hamka sontak mengeluarkan beberapa helai kain Bugisnya untuk dijual. Namun sang istri mencegahnya. “Kain Angku Haji jangan dijual, biar kain saya saja. Karena Angku Haji sering keluar rumah. Di luar jangan sampai Angku Haji kelihatan sebagai orang miskin,” ujarnya. Demikianlah dalam keadaan sederhana Siti Raham masih mempertimbangkan kehormatan suaminya. Apa saja dilakukannya agar Buya Hamka tidak terlihat lusuh di mata jama’ah dan masyarakat. Dari mulai memikirkan pakaian hingga membersihkan kopiah bila Buya Hamka hendak keluar. Karena cinta adalah kehormatan. Maka melihat Buya Hamka menangis saat dirinya turun dari mimbar pidato di Makassar, sang istri hanya bisa tersenyum, “Kan yang Ummi pidatokan itu kenyataannya saja.” [] Gabung KomunitasYuk gabung komunitas {{forum_name}} dulu supaya bisa kasih cendol, komentar dan hal seru lainnya. Kaskus Addict Posts 3,353 Lufaefi - Kamis, 28 Januari 2021 1310 WIB Jilbab adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Dalam sebuah tayangan di televisi swasta, Quraish Shihab ditanya oleh salah seorang jamaah ibu-ibu soal hukum memakai jilbab dan penerapan pemakaiannya dalam keluarganya. Quraish Shihab menjawab bahwa jilbab tidak wajib dikenakan oleh muslimah. Dengan tiga alasan yang perlu dipahami. Sebagai berikut 1. Ulama berbeda pendapat definisi jilbab Alasan pertama karena definisi jilbab antar satu ulama dengan ulama lain berbeda. Ada yang mengatakan jilbab itu seperti pakaian kerudung. Ada yang mengatakan cadar. Dan ada pula yang mengatakan yang penting pakaian terhormat bagi wanita. 2. Ulama berbeda pendapat soal batasan aurat Alasan ini juga menjadi pijakan penting mengapa menurut Quraish Shihab jilbab tidak wajib bagi muslimah. Terhadap batasan aurat wanita, pendapat ulama berbeda-beda. Ada yang mengatakan semua bagian tubuh kecuali telapak tangan dan muka. Ada yang mengatakan selain mata. Dan ada yang mengatakan kurang dari semua itu. 3. Dalam konteks Indonesia jilbab baru ramai dipakai 20-an tahun ke belakang Menurut beliau, alasan mengapa jilbab tidak wajib juga buktinya dulu orang-orang Indonesia tidak berjilbab. Istri Buya Hamka tidak berjilbab. Aisiyah dan Muslimah dulu tidak pakai jilbab. Ini bukti bahwa jilbab terjadi beda pendapat soal kewajiban dan tidaknya. Dari perbedaan para ulama yang ada, menurut beliau, yang paling banyak adalah pendapat yang mengatakan jilbab yang paling penting adalah pakaian terhormat. Jilbab menurut beliau baik. Akan tetapi harus dipakai atas dasar kesadaran, bukan karena paksaan. [URL= E N S O Rid-1266953-read-quraish-shihab-ini-3-alasan-mengapa-jilbab-tidak-wajib-bagi-muslimah]Sumber[/URL] Ane sbg muslim sependapat ama Quraish Shihab, jilbab itu pilihan individu, bukan paksaan. Tafsir alquran Bahasa Indonesia diterjemahin jilbab ? dan ditelen bulet2 ama kadrun dan kadrunwati di marih, sampe anak2 mereka juga dipaksa pake jilbab sejak kecil.. Quraish Shihab yg literally berdarah Arab aja percaya ama tafsir alquran Bahasa Inggris yg universal dan gak dibuat2. Cloak itu jubah / baju panjang yang longgar bray.. gak spesifik hrs nutupin rambut. Berarti di sini banyak yang lebih arab daripada orang arab. Cewe yg pake baju panjang, lebar, dan gombrong, wlpn rambut keliatan, belum tentu bikin cowo2 nafsu bray.. Apalagi cewe yg mukanya di bawah standar.. Ada yg nafsu ama foto aslinya? ngakak dulu ah sebelum ditegur momod & pro kadrun 31-01-2021 1300 prabas dan 49 lainnya memberi reputasi karena itu tafsir agama jangan pernah diurusi negara, apalagi diserahkan pada selera yang sedang menjabat. pakaian di ranah negara harus netral tapi negara juga nggak usah melarang2 orang memakai pakaian yang menjadi simbol agama. itu sebabnya, negara juga nggak usah urusi pendidikan agama karena tafsir dalam 1 agama aja macam2, tafsir mana yang mau dipakai? nanti ada yang beda tafsir di sekolah, bisa ribut atau nilainya jelek gara2 nggak mau ikut tafsir tersebut. 31-01-2021 1312 secer dan 24 lainnya memberi reputasiDiubah oleh billyns 31-01-2021 1330 Kaskus Maniac Posts 6,807 Beda otak Cewe sakit ga mikirin sex. Cowo sakit masih mikirin sex. Klo g salah gw baca di kompas dah lama. 31-01-2021 1312 ujellyjello memberi reputasi Kaskus Addict Posts 2,491 ane nungguin ada gak yang komen soal nyamuk DBD 31-01-2021 1317 scorpiolama dan 6 lainnya memberi reputasi Yang gwa tau, jilbab ga wajib buat laki laki 31-01-2021 1317 asepsutana dan 11 lainnya memberi reputasi Klo gw pribadi pegangannya sholat. Cewek sholat gimana ya udah itu auratnya. Urusan dia pke jilbab atau hijab atau niqab. Ya tergantung orangnya yg nyaman yg mana 31-01-2021 1317 lubizers dan 14 lainnya memberi reputasi KASKUS Addict Posts 3,483 Mbak najwa ga pake jilbab, pake jilbab aneh malahan 31-01-2021 1319 dewimetal dan 4 lainnya memberi reputasi Ane nyimak aja 31-01-2021 1320 iau dan 37sanchi memberi reputasi Jilbab adalah budaya yahudi yg di tiru oleh org2 arab dan agama samawi 31-01-2021 1323 scorpiolama dan 9 lainnya memberi reputasi KASKUS Maniac Posts 9,830 Sebagai non islam gua malah lebih dulu tau drpada umat nya. Tp Karena gua lebih cepat mengerti ya gua ogah masuk ke kaum itu. Biar makhluk spt felix siaw aja yg masuk seperti kata abu duda 31-01-2021 1327 dan 9 lainnya memberi reputasiDiubah oleh bajier 31-01-2021 1335 setiapmenit Yg agan cari itu pembenaran atau kebenaran? Coba aja tanya pendapat ulama yg lain sbg second opinion 31-01-2021 1330 iau dan 2 lainnya memberi reputasi KASKUS Maniac Posts 8,890 31-01-2021 1337 Kaskus Addict Posts 1,310 Yg non muslim ikut campur melulu kalo ajaran agamanya di campurin kan urat nya langsung nongol di leher masing masing 31-01-2021 1343 asepsutana dan 6 lainnya memberi reputasi Aktivis Kaskus Posts 696 Dalam Islam itu ada ayat2 atau teks yg sifatnya Qathiy pasti dan Dzaniy multitafsir Hal yg Qothiy /pasti seperti sholat subuh itu 2 rakaat, zinah itu haram << kalau ada beda tafsir dr ulama dipastikan ulama itu sesat. << inilah teks dasar syariat Hal Dzaniy multitafsir jg sangat banyak salah satunya tentang jilbab, ataupun tentang cara praktek ibadah sholat sendiri ada banyak perbedaan baik yg sunnah bahkan yg fardhu << jadi apabila ada perbadaan dalam hal dzaniy..itulah yg di sebut madzhab...tidak mengapa karena kebenaran itu tidak hanya dari satu jalan selama masih dalam koridor/arahan/pendapat/madzhab yang terpercaya << inilah yang disebut Fiqih wallohu'alam bishowab 31-01-2021 1345 dan 13 lainnya memberi reputasi KASKUS Maniac Posts 9,122 Yg plg enak itu seluruh badan tertutup, hanya pantat yg kebuka. Pakaian penyembah baliho. 31-01-2021 1346 brojolterus dan 2 lainnya memberi reputasi Indah nya dl sebelum 2008 Pada masih banyak gaya rambut wadonnya Skrg menangan motif 31-01-2021 1352 dewimetal dan 5 lainnya memberi reputasiDiubah oleh gikogaza 31-01-2021 1352 KASKUS Maniac Posts 8,378 quraish shihab sama imam syafii pinteran mana TS?😂😂ngaji lagi sonoh 31-01-2021 1356 chaschuser dan 16 lainnya memberi reputasi Kalo ga pake jilbab nanti di kucilkan.... 31-01-2021 1359 dan 9 lainnya memberi reputasi Kaskus Addict Posts 1,839 kalau UU hukum multitafsir itu bahaya, bisa menimbulkan ketidakpastian hukum. Jangan revisi tafsir terus, tapi tafsir yang lama masih tetap berlaku. 31-01-2021 1409 dan jd101 memberi reputasi buat apa original teks tapi terjemahan dan tafsirnya ada selangit 31-01-2021 1413 dan 3 lainnya memberi reputasi SUARA BANDUNG - Ada seorang yang bertanya kepada Buya Yahya, terkait dosa istri yang paling besar itu seperti apa. Sontak Buya Yahya menjawab hal tersebut, dengan mengatakan dosa itu pada dasarnya dibenci oleh Allah SWT. Karena menurut Buya Yahya, dosa apapun jikalau pelakunya tersebut meremehkan, maka akan menjadi besar. Tidak hanya itu, menurut Buya Yahya jikalau meremehkan dosa, maka pelaku tidak akan menyadari perilakunya tersebut, maka dari itu dapat menjadikan dosa besar. Baca JugaIni Urutan Film Sebelum Nonton Spider-man Across the Spider Verse, Lengkap dengan Link Nonton "Semua dosa dibenci oleh Allah, Allah tidak senang dengan dosa, dan dosa gede itu adalah disaat kita meremehkan dosa tersebut, dosa apapun kalau anda remehkan jadi gede," ucap Buya Yahya dikutip, Rabu, 7/6/2023. Lantas bagaimana tanggapan Buya Yahya terkait dosa istri yang besar kepada suami? Menurut Buya Yahya, dosa yang paling besar bagi istri adalah druhaka kepada suaminya. Tetapi, Buya Yahya dalam hal ini cukup adil, karena ia membeberkan juga dosa besar bagi suami terhadap istrinya. Menurut Buya Yahya, dosa besar bagi suami merupakan zalim kepada istrinya. Baca JugaCEK FAKTA Eric Abidal Tolak Gaji dari PSSI demi Latih Timnas Indonesia U-19 "Dosa yang paling gede adalah durhaka kepada suaminya, kalau bertanya apa dosa suami, yang paling gede zalim kepada istrinya," jelasnya Buya Yahya. * Sumber Youtube Al Bahjah TV

istri buya hamka tidak berjilbab